Pada
sistem common rail, pompa injeksi
tidak dipakai lagi, sebagai gantinya adalah sebuah pompa yang menghasilkan
solar yang bertekanan tinggi hingga mencapai 1.800 bar, yang akan disimpan
dalam sebuah pipa rail yang bercabang dan akan berujung pada tiap-tiap
injektor, hingga solar pun siap untuk disemprotkan. Pada injektor terdapat
sebuah selenoid yang siap menunggu
perintah dari ECU untuk menyemprotkan sejumlah solar ke dalam ruang pembakaran.
Dan dalam hal ini, ECU akan mengalirkan sejumlah arus listrik ke selenoid pada injektor. Lama atau
tidaknya listrik yang dialirkan, juga akan berpengaruh terhadap jumlah solar
yang akan disemprotkan. Sehingga pengabutan dan suara menjadi halus, emisi
rendah, pembakaran bersih, dan efisiensi solar pun meningkat.
Keunggulan mesin diesel jenis common rail :
1.
Tekanan pengabutan jauh lebih tinggi, pada
konvensional 200 bar sedang pada Common rail bisa mencapai 1800 bar.
2.
Sebagai hasil dari tekanan yang sangat
tinggi tersebut pengabutan akan jauh lebih baik, butiran-butiran akan lebih
halus sehingga proses pengatoman menjadi lebih cepat, delay periode lebih
pendek.
3.
Pengaturan kapasitas bahan bakar yang
disemprotkan ( quantity ) dan pengaturan saat penyemprotan ( timing ) lebih
presisi dan tepat.
4.
Sebagai akibat dari keunggulan tersebut
maka mesin akan beroperasi dengan sebagai berikut :
a.
Daya dan performa meningkat.
b.
Efisiensi meningkat.
c.
Kebisingan menurun.
d.
Emisi gas buang menurun.
e.
Putaran dapat lebih tinggi, sehingga untuk
daya yang sama mesin menjadi lebih kecil
f.
Tekanan penyemprotan tidak terpengaruh
putaran mesin.
Kekurangan mesin diesel jenis common rail :
1.
Teknologi tinggi sehingga memerlukan
keahlian dan skill yang lebih tinggi untuk merawat/perbaikan dan harus
menggunakan peralatan yang memadai.
2.
Harga yang lebih mahal.
3.
Sensitif terhadap kualitas bahan bakar,
jadi bahan bakar harus berkualitas
tinggi.